Belajar
dalam hal akademik memang penting, tapi bagiku belajar dari kehidupan adalah
hal yang dapat membedakan satu dengan lainnya. Pengalaman akan membawa kita
menjadi lebih menghargai kehidupan jika kita mau belajar dari sekitar kita. Hal
yang terjadi di sekitarku mungkin banyak yang terlihat sepele dan tak penting,
namun bagiku itu sangat berharga, karena dengan melihat sekitarku, dengan
memperhatikan kehidupan di sekitarku aku akan lebih menemui arti akan
kehidupan.
Hari
ini, selepas jam perkuliahan usai aku keluar kampus menuju lantai dasar. Di
dalam lift menuju lantai dasar aku melihat tiga anak kecil yang setiap hari
berjualan koran di area kampus. Sudah lama memang aku melihat anak-anak ini berjualan
koran di kampus semenjak aku menjadi mahasiswa baru. Entah mengapa hari ini hatiku
menuntunku untuk menemui mereka, otakku bagai diselimuti sejuta pertanyaan
tentang kehidupan mereka. Ketika sampai di lantai dasar kampus tanpa pikir
panjang aku segera menuju taman dan menemui tiga anak kecil penjual koran itu.
“Mbak,
mau beli korannya mbak ? buat beli makan nih” pertanyaan salah satu anak kecil
itu ketika aku mendekati mereka. Aku tersenyum dan mengajak mereka duduk di
kursi taman yang ada di area taman fakultasku itu. Sontak ketika itu aku langsung
mengajak mereka bicara hingga aku tak bisa menghentikan penasaranku dan terus
bertanya tentang kehidupan mereka.
Ketiga
anak kecil penjual koran itu bernama Yana (12 tahun), Afrisa (10 tahun) dan
Siti (4 tahun). Tak habis fikir memang di usia anak-anak seperti itu harusnya
mereka menikmati bangku sekolah dan bukanlah berjualan koran seperti ini. Namun
ternyata keterbatasan ekonomi keluarganyalah yang menjadikan mereka tak bisa
melanjutkan sekolah. Bagiku heran memang di ibu kota seperti ini yang sudah membebaskan
biaya sekolah untuk sekolah dasar utamanya namun mereka tetap tak bersekolah.
Mereka adalah anak ke tiga, empat dan lima dari sembilan bersaudara. Aku kaget
ketika mereka menjelaskan bahwa dari sembilan bersaudara tersebut mereka tak
ada yang sekolah, bahkan anak terkecil dari orang tua mereka harus ikut ibunya
yang berjualan koran juga di lampu merah dekat kampus. Sontak aku membayangkan
seorang bayi yang digendong ibunya dengan berjualan koran di bawah terik
matahari yang bagiku sangat menyengat di kota Pahlawan ini.
Alasan
mereka berjualan koranpun ternyata tak lepas dari membantu orang tuanya, karena
tak setiap hari mereka bisa makan. Bagi mereka sehari makan satu kali itu saja
sudah sangat membuat mereka bahagia. Ketika aku bertanya darimana makan mereka
ketika memang orang tuanya harus berangkat pagi buta untuk berjualan koran dan
tak menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya, dan ketika memang orang tuanya tak
punya uang untuk membeli bahan makanan. Merekapun menjelaskan selama ini makan
mereka dibeli dari hasil dari berjualan koran, sehingga uang hasil berjualan
koran hari ini untuk makan hari ini, dan mereka harus berjualan koran esok hari
untuk makan esok hari, dan seterusnya. Jika tidak begitu mereka menunggu belas
kasihan orang lain untuk memberikan mereka makan. Aku tak bisa membayangkan
ketika mereka tak bisa menjual habis korannya dan tak ada orang lain yang
memberikan mereka makan, betapa laparnya mereka.
Orang tua berperan penting dalam mengarahkan
anaknya untuk menempuh pendidikan, tapi apa daya jika kondisi seperti ini,
orang tua mereka harus memikirkan sembilan anaknya dengan hanya berjualan
koran. Ketika disela-sela pembicaraan kami, aku menanyakan apakah mereka sudah
bisa membaca, dan ternyata mereka tak bisa membaca karena mereka tak pernah
menikmati bangku sekolah, hingga akhirnya aku mengajari huruf per huruf kepada
mereka melalui media koran yang mereka bawa. Mereka sangat antusias dan senang
ketika bisa menghafal sepuluh huruf awal yang aku ajarkan kepada mereka.
Hari
ini aku belajar dari ketiga anak ini, aku belajar tentang artinya bersyukur,
bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan kepadaku. Aku sadar aku yang
selama ini masih merasa kurang harusnya bisa lebih bersyukur karena masih
banyak orang yang jauh lebih kurang beruntung dibandingkan aku. Semoga kita
senantiasa jadi pribadi yang selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan
olehNYA dan semoga kita dijauhkan dari sifat iri ketika melihat orang-orang
yang lebih beruntung dibandingkan kita. Mari lihat sekitar kita, maka kita akan
banyak menemukan pelajaran hidup yang sungguh luar biasa dan kita akan
menyadari bahwa masih banyak orang yang butuh perhatian kita.
Rizky Amalia Ditasari