Lihatlah sekitarmu, dengan begitu kau akan dapat ilmu. Ilmu kehidupan untuk dirimu, yang akan kau lalui bersama waktu

Saturday 28 November 2015

Ketika Jari-jari Tak Bisa Menulis



http://www.dakwatuna.com/2014/03/15/47818/ayahku-berkata-nak-pena-ini-telah-menggoresmu/#axzz3srTb6UGC
Sebuah pena menjadi hal yang tak bisa dilepaskan dari jari-jari. Menulis segala kisah kasih yang terjadi dalam diri menjadi hal yang dapat memberikan kepuasan tersendiri untuk jiwa. Pena dapat membantu diri dalam meluapkan segala keluh dalam hati. Berbicara dalam lembar kertas melalui pena menjadi hal yang mulai digemari semenjak diri mengetahui bahwa segala yang ditulis akan lebih abadi daripada sebuah ucapan yang terhembus angin tiada henti.

Suatu ketika jari-jari yang biasa memegang pena tiba-tiba lemas tak berdaya, seolah sebuah sel dalam tubuh yang lekat dengan jari menjadi tak bersahabat untuk menorehkan celoteh-celoteh hati melalui pena. Empat hari sudah jari tangan tak bisa kugerakkan, entah mengapa? Teman sebangku yang kuceritakan hanya bisa mendengarkan apa yang kurasakan. Seperti lumpuh tak berdaya, lemas tak bisa menulis.

Tengah malam ketika aku memaksakan untuk menulis, jariku tetap tak mau bergerak, huruf yang aku usahakan terbentuk dalam lembar kertas menjadi tak karuan seperti anak yang baru saja belajar menulis. Sontak kuceritakan kepada ibuku melalui telepon, dan aku memutuskan untuk ke UGD. 

Dokter yang menanganiku sontak tak paham apa yang aku rasakan. Aku disuruh memegang benda dan meluruskan tanganku ke depan sebagai tahap awal pemeriksaan. Benda itu tetap ada dalam genggamanku, pertanda baik kata dokter bahwa sarafku tak dalam keadaan buruk. Vitamin yang diberikan dokter terus kuminum hingga jariku normal kembali.
Aku tak mengerti mengapa hal itu terjadi padaku, sebuah hal yang menakutkan, sebuah hal yang membuatku takut jika aku tak bisa menulis lagi. lemas jariku kemungkinan efek dari sebuah hal yang sering ku rasakan dalam tubuhku. Tapi aku tak akan pernah lemah, aku takkan pernah menyerah melawan semua ini. Aku akan kuat, karena aku yakin dalam kehidupan ini, perpaduan antara sulit- mudah, susah-senang, gagal-berhasil, sakit maupun sehat adalah sebuah kepastian yang harus aku lalui. Sehingga aku harus lebih meningkatkan rasa syukurku atas semua yang aku terima dalam hidup ini, karena semua yang terjadi dalam diri dan kehidupanku adalah sudah menjadi ketentuanNYA.

Monday 16 November 2015

Titik kehidupan saat ini



Hidup tak seindah yang kita harapkan. Belajar untuk memotivasi diri sendiri agar bisa menjadi orang yang bermanfaat. Baik bermanfaat bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Semua orang mempunyai permasalahan kehidupannya masing-masing, dan mempunyai cara dan solusinya menghadapi permasalahan itu masing-masing.

Kehidupan yang akan datang memang sulit untuk di tebak. Masa lalu yang telah terlewati hanya sebagai pembelajaran hidup yang bisa  digunakan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 

Menyakitkan memang ketika berbicara tentang hal yang membuat kita terjatuh, sakit dan susah untuk bangkit. Namun diri yang sudah sampai pada titik kehidupan saat ini hendaknya bisa mengambil hikmahnya. 

Titik kehidupan kita saat ini tidak lepas dari kebaikan, kebaikan yang kita nikmati hari ini, saat ini tidaklah ada yang bukan dari pengorbanan orang lain. Aku sendiri tidak akan berdiri dengan tegak tanpa mensyukuri kebaikan hati mereka yang telah memungkinkan aku tumbuh dan menjadi pribadi yang baik hari ini. 

Aku harus bisa membaikkan hati dan perilaku sebagai tanda terimakasih kepada sesama dan tanda syukur kepada Allah SWT.

Tuesday 10 November 2015

Belajar dari Hujan



Hujan !
Bagiku hujan itu rezeki, anugerah dan juga sebuah hal yang indah.
Kau bayangkan saja ribuan tetesan air jatuh ke bumi dengan rintik-rintik maupun dengan guyuran hujan yang deras, begitu membuat hati seperti dingin dan sejuk.
Kedatangannya membuat bau tanah bisa kita cium, sebuah aroma yang membuat nafas yang tadinya terengah-engah bisa menjadi sejuk karena menikmati aroma yang jarang bisa kita cium.

http://www.dakwatuna.com/2014/01/27/45364/jangan-salahkan-hujan-karena-hujan-itu-indah/#axzz3r5XCKPiZ


Dulu ketika masa kanak-kanak seringkali aku hujan-hujanan, bermain air di tengah guyuran hujan bersama teman. Masa yang pastinya dirindukan, sebuah hal yang terjadi sudah jarang aku lihat di anak-anak jaman sekarang. Bermain di tengah guyuran hujan adalah hal yang sangat menyenangkan. Meski terkadang orang tua melarang karena takut sakit, seringkali dulu aku tetap hujan-hujanan.

Hujan-hujan..
Ketika beranjak dewasa jarang sudah ku lakukan hujan-hujan..
Namun kali ini ketika aku pulang kampung, entah mengapa aku ingin sekali menikmati hujan..

Hujan-hujan di sore kali ini sungguh membuatku bahagia. Aku dapat menikmati aroma hujan, hal yang sudah lama tidak ku nikmati.  Aroma tanah yang tadinya sempat ku cium-pun membuatku seperti merasakan kesejukkan yang tak dapat ku jumpai di kota perantauan.

Hujan kali ini benar-benar membuatku bahagia, ketika berbagai cobaan hidup menerpaku, aku dapat meluapkan di tengah guyuran hujan. Bukan bermaksud bersenang-senang di atas penderitaan orang-orang yang tidak menginginkan hujan karena berada di daerah rawan banjir atau sejenisnya, sama sekali aku tidak mempunyai niat yang buruk, tapi hujan telah mengajarkan aku banyak hal.

Hujan, kau telah mengajarkan aku untuk menyikapi sebuah emosi, akankah aku menjadi pribadi sabar ataukan pribadi yang marah karena kedatanganmu.
Hujan, kau telah mengajarkan akankah aku menjadi pribadi yang menjadi bersyukur ataukah menjadi cemas karena kedatanganmu.

Hujan, kau telah mengajarkan aku untuk menjadi pribadi yang dapat memaknai sebuah perubahan, melalui hujan aku menjadi mengerti sebuah pencapaian tujuan akan tercapai melalui proses, proses kedewasaan dan juga proses kuatnya pribadi dalam menghadapi ujian hidup sehingga bukan semata-mata pada hasil sebagai parameter. Hujan mengajarkan aku bahwa proses itulah yang menjadikanku dapat menikmati hasil. Hujan telah mengajarkan aku bahwa Allah SWT benar-benar akan mengikuti prasangka hambaNya, karena siklus evaporasi, menjadi gumpalan awan , kemudian bercampur dengan deru angin, maka tumpahlah air istimewa yang insyaAllah akan membawa manfaat untuk bumi hingga aku pribadi menantikan sebuah pelangi. Meski pelangi tak selalu ada setelah hujan, tapi aku percaya semua rencanaNYA telah dipersiapkan, kepadaNYA-lah aku seharusnya menggantungkan harapan.  Begitupun ketika aku terlihat tegar atau berusaha tegar padahal sedang rapuh. Begitupun ketika aku terlihat rapuh atau sedang rapuh padahal aku sangat kuat, hanya aku dan Allah SWT-lah yang tau dan ku gantungkan harapanku hanya kepadaNYA karena aku sadar aku bukanlah siapa-siapa. Semoga hujan senantiasa mengingatkan kita kepada sang pencipta :)

http://uaki.ub.ac.id/2013/11/19/amalan-shalih-saat-turun-hujan/

Sunday 8 November 2015

Lelah Asal LILLAH



Menjadi pejuang toga memang tak semudah dan tak seindah di film FTV. Beberapa tugas harus dikerjakan , perkuliahan yang terkadang tidak efektif. Beberapa mahasiswa belajar hanya dengan sistem kebut semalam, dengan begitu pertemuan perkuliahan sebelum ujian dirasa  kurang berguna dan seperti hanya untuk mengisi absensi saja agar tidak kena cekal ujian. 

Hari tenang sebelum ujian bukanlah hari tenang sesungguhnya, namun hari dimana musim tutor dimana-mana. Belajar ngebut untuk ujian dan mencari referensi soal ujian tahun-tahun sebelumnya yang nampaknya dianggap beberapa mahasiswa sebagai patokan belajar untuk ujian pada tahunnya.
Lelah memang membicarakan tugas-tugas dari dosen yang terus menumpuk. Waktu yang ada digunakan untuk mengerjakan tugas, lalu belajar yang sesungguhnyapun kurang di maksimalkan. Namun apalah kami mahasiswa, penjuang toga yang mau tidak mau harus melalui fase-fase tersebut.
Dalam diriku, aku ingin kuliah yang memang mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Sungguh aku ingin benar-benar memahami apa yang selama ini aku pelajari di bangku kuliah. Namun, ada hal yang bagiku ini tidak sepantasnya ada di dunia pendidikan. Aku rasa nilai masih dianggap patokan seseorang dalam menimba ilmu, banyak mahasiswa yang memiliki nilai yang bagus namun hasil mencontek. Wow ?  disini nilai kejujuran nampaknya sudah tidak dihargai lagi di negara ini. Banyak orang yang hanya melihat kuantitas dalam jumlah nilai atau indeks prestasi seseorang tanpa melihat kualitas dari diri. Apakah negara ini akan selamanya terus begini?

Bagiku IPK memang penting tapi kualitas diri dan moral lebih penting. Ku rasa telah banyak orang mengerjakan skripsi dengan cara membayar orang lain untuk mengerjakan, tak ada bukti fisik memang, tapi aku sering mendengar hal-hal seperti ini terjadi. Hingga ada juga kakak tingkat yang tidak lulus sidang skripsi karena ketauan skripsi “tuku”.
Lelah memang menjadi seorang mahasiswa, tumpukan tugas yang ada, jadwal praktikum, belum lagi yang aktif di organisasi intra kampus maupun ekstra kampus. Setiap mahasiswa pastilah mempunyai tujuan masing-masing. Namun pada dasarnya mereka pastilah pernah merasa lelah dalam belajar. Seperti aku, rasanya seperti jatuh bangun ketika mengerjakan skripsi. Seperti ingin menyerah dan berhenti berjuang ketika banyakhal yang sepertinya terlihat berat untuk dikerjakan.
Tapi aku akan terus kuatkan diriku, aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku.
Lelah asal LILLAH bagiku lebih baik
Akan ku nikmati semua proses yang harus aku lalui di masa mudaku.
insyaAllah Engkau akan berikan yang terbaik untukku. Aku yakin kepadaMU, Aaamiin...

Barangsiapa tidak mau merasakan pahitnya belajar, Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya. (Imam Syafi'i).


Saturday 7 November 2015

LEUKIMIA DERITA SAHABATKU



Masih teringat ketika kelas pengganti waktu malam di kampus, kau duduk tepat di sebelahku. Kala itu dosen sedang menjelaskan mata kuliah pengembangan sumber daya manusia, kau tampak pucat dan menggigil. Sontak ku tawarkan jaket untukmu, aku kira kau kedinginan karena AC di kelas memang menurutku sangat dingin. Namun ku lihat kau semakin menggigil. Hingga aku bertanya keadaanmu, kau bercerita sudah dua kali periksa ke klinik kampus dan hasilnya nihil kau tetap kurang enak badan. 

Ketika pulang kau bilang ke aku dengan logatmu yang saat ini sangat ku rindukan “Dit, aku pengen sego bakar eg, ayo tuku yo karo dewi.” Karena kala itu telah malam dan aku tak ada kendaraan akhirnya aku tak ikut denganmu.
Namun, sempat ku tawarkan untuk lebih mengajakmu ke rumah sakit karena aku lihat kau begitu pucat. Dan pada waktu itu dewi menawarkan pula, karena dewi ada kendaraan maka dialah yang akhirnya mengantarkanmu ke rumah sakit namun esok hari.

Ke esokan harinya kau harusnya sekelas dan seperti biasa duduk di sebelahku, namun pagi hari kau memberi kabar tak bisa masuk kelas karena sakit perut.  Dan ku dengar kabar pagi itu kau di antar dewi ke rumah sakit dan di diagnosa “Leukimia”. Sontak mendengar kabar itu aku tak percaya, hingga akhirnya kau di rawat di rumah sakit hingga beberapa kali. 

Banyak cerita hari-hariku di kampus bersamamu, namun terlalu banyak kenangan yang aku lalui bersamamu, hingga dalam tulisan ini aku tak bisa menceritakan semua, terlalu banyak dan indah.

Terakhir kau dirawat di rumah sakit, aku tak sempat menengokmu, itu hal bodoh yang aku lakukan ketika aku menyadari kepergianmu. Kesibukanku dengan kegiatanku membuatku menengokmu namun kau telah pulang ke TulungAgung.  Ketika itu aku senang karena kau telah kembali sehat dan bisa ulang ke rumah, namun aku sangat sedih tidak sempat menengokmu, penyesalan itu ada dalam diriku hingga saat ini des.

Ketika kau sakit sempat kau menghubungiku melalui bbm memberitahukan keadaanmu yang katamu semakin lemas tak kuat menahan sakit, hingga ku lihat chatmu terakhir itu membuat berlinang air mataku. Kau menyampaikan kau tak kuat dengan tubuhmu sendiri, kau lemas dan letih dengan keadaan yang menimpamu.

Suatu pagi tepat pada 18 Oktober 2015 aku mendengar kabar kau telah tiada, meninggalkan dunia ini. Melawan penyakit leukimia, sebuah sel yang melemaskan tubuhmu, sebuah sel yang mengantarkanmu kepada maut. Sontak kabar itu ku dengar, tanpa pikir panjang aku berangkat ke TulungAgung dan melihat pusaramu des. Sungguh pertemuanku dengan pusaramu membuat air mataku tak kunjung berhenti menetes.

Desi ariani, kau adalah teman, sahabat yang sangat baik. Tak pernah kau mengeluh atas kuliah yang kita jalani, tak sepertiku yang terkadang mengeluh menjadi pejuang toga ini. Setiap kuliah kau selalu memberikan semangat kepadaku, kau mengajarkan bahwa kita harus membahagiakan kedua orang tua kita. Kau mengajarkan bahwa usaha itu yang utama, mengeluh tak ada gunanya. Senyummu masih teringat dalam jambangan hati dan pikiranku des.

Ya Allah, aku bersaksi bahwa temanku Desi Ariani adalah seorang muslimah yang baik hati, muslimah yang mempunyai semangat dan sejuta kebaikan yang ada dalam diri. Ya Allah berikan tempat terbaik untuknya, lapangkan kuburnya, ampuni dosa-dosanya. Aamiin

Desi aku kangen kamu .....