Melalui pena dapat ku tuangkan isi hati, melalui pena aku berharap memahami cinta sejati, melalui pena aku mengerti..bahwa yang tertulis akan lebih abadi, daripada ucapan yang terhembus angin tiada henti...
Wednesday 14 December 2016
Saturday 9 April 2016
Sebuah Kematian
Berpisah karena sebuah "kematian"
.
.
Tak peduli bagaimana dan sebesar apapun aku merindukannya
Dia tidak akan kembali ke dunia ini.
.
Mungkin kau akan bosan membaca segala ungkapan hatiku karena merindukannya
Ketahuilah
kehilangan figurnya tak semudah ketika mengatakan sabar, tabah, ini
kali pertama aku merasakan perasaan yang begitu berkecamuk di dalam dada
.
Tidakkah kau tahu apa yang menyakitkan dari berpisah karena sebuah "kematian" ?
.
Jika
merindu & berpisah karena jarak antar kota, antar provinsi, antar
negara, atau belahan bumi utara maupun selatan masih akan ada harapan
untuk bertemu kembali. Namun ketika rindu menjadi candu karena berpisah
dengan jarak dunia yang berbeda, rindu itu hanya sampai pada untaian
doa.
.
Engkau telah denganNya..
Dan aku hanya bisa mendoakan kebaikanmu agar tenang bersamaNya..
Semoga kita bertemu di alam berikutnya..
Aamiin...
Tuesday 23 February 2016
Masih tentang Bapak
Sudah lebih dari empat puluh
hari bapak meninggalkan kami. Rumah semakin terasa sepi tanpa kehadiran bapak. Aku
yang sudah berada di rumah semenjak meninggalnya bapak merasakan kesedihan ibu
yang hingga kini masih belum bisa reda dari air mata yang sering menetes atas
kepergian bapak. Akupun juga merasakan kesedihan yang aku tutupi di depan ibu
dan adikku. Hanya melalui doa kepada Allah SWT dan tulisan inilah aku
mengungkapkan kesedihanku. Aku tak tega jika ibu dan adikku melihat air mataku
mengalir karena sedih atas ujian yang Allah berikan kepada kami. Namun apalah
daya, aku sebagai anak sulung ingin melihat ibu dan adikku kembali tersenyum
kembali. Aku ingin mereka bersemangat menjalani kehidupan ini, aku ingin mereka
tak berlarut-larut dalam kesedihan ini. Aku tak ingin kesedihanku menambah
kesedihan mereka.
Bapak...
Dita
kangen bapak...
Mampukah
dita melindungi ibu dan adik seperti bapak melindungi kami?
Bapak....
Harus
bagaimana dita menjawab pertanyaan ibu yang seringkali menanyakan bagaimana kehidupan
bapak sekarang ? sedang dita tak tau pasti bagaimana kehidupan di alam barzah
sana..
Bapak...
Harus
bagaimana lagi dita menenangkan ibu ketika ibu menangis karena ingat bapak ?
sedang dita sendiri harus menahan air mata yang sebenarnya ingin terus mengalir
jika ingat bapak.
Bapak...
Dita
sangat rindu bapak...
Bapak...
Ternyata
berbesar hati itu tidaklah mudah...
Dita
sudah berusaha untuk tegar kuat atas ujian yang Allah berikan ini..
Tapi
tak dapat dipungkiri ini adalah ujian yang tak pernah dita bayangkan
sebelumnya..
Bapak...
maafkan dita jika sampai saat ini dita masih belum sepenuhnya ikhlas atas kepergian
bapak. Dita akan berusaha semampu dita agar keikhlasan itu terus ada dalam hati
karena Bapak bukanlah milik dita melainkan milik Allah SWT.
Bapak...
Kasih
sayang bapak kepada kami sangatlah berharga..
Dita
bangga menjadi anak bapak..
Dita
bangga punya bapak yang sangat berlapang dada dalam menjalani dan melalui ujian
kehidupan yang ada dalam keluarga kita...
Maafkan
dita belum banyak membahagiakan bapak di dunia..
Tapi
dita janji, alunan doa untuk bapak tak akan berhenti dari doa-doa dita untuk
bapak..
I
love you bapak...
Tuesday 2 February 2016
Kehilangan Figur Seorang Bapak
Meninggalnya bapak di
usia 45 tahun saat beliau sedang tidur mengingatkan aku bahwa kita tidak akan tahu
kapan sebuah kematian itu akan datang. Meninggalnya bapak mengajarkan aku bahwa
segala sesuatu adalah milik Allah SWT. Apapun yang ada di sekitarku, Bapak,
Ibu, Adik, Saudara dan semua orang yang aku kenal dan semua barang sekecil apapun
yang aku miliki adalah milik Allah SWT. DIA lah yang berhak atas semuanya. Jangan
pernah merasa memiliki atas apapun di dunia ini, karena segala sesuatu adalah
milikNYA.
Ketika kita merasa
memiliki atas sesuatu yang ada di dunia ini, maka percayalah ketika hal itu
hilang dalam hidup kita, kita akan merasa kehilangan, sedih, bak seorang yang
tak punya lapang dada jika kita tak segera menyadari bahwa hal yang hilang itu
bukan milik kita dan bukan rezeki kita.
Dulu ketika beberapa
temanku kehilangan ayahnya, kehilangan bapaknya, kehilangan ibunya, kehilangan
sanak saudaranya karena meninggal dunia, dengan mudah aku mengatakan sabar,
yang tabah, dan segala panjat doa ku
haturkan. Namun kini aku telah merasakan di posisi mereka. Berada dalam posisi
kehilangan sosok figur bapak tak semudah ketika aku mengatakan sabar , tak
semudah ketika aku mengatakan tabah, tak semudah aku menghibur teman yang
sedang kehilangan figur seorang bapak. Berada dalam posisi kehilangan figur
seorang bapak membuatku merasa kehidupan ini seperti terhenti, tak ada udara, bagai
tak akan ada lagi air sungai mengalir. Perasaan yang ada dalam diriku bak
bercampur kesedihan dan sangat kehilangan. Tak pandai aku ungkapkan dalam
tulisan perasaan yang bercampur-campur ini, namun ketahuilah kehilangan figur
seorang bapak tidak semudah ketika kau mencoba menghibur orang lain yang
kehilangan seorang bapak.
Hari pertama tanpa
figur seorang bapak aku merasa kehilangan, tangis air mata yang ada bisa ku
katakan belum sepenuhnya mengalir, karena masih banyak orang yang berada di
sekelilingku untuk mencoba menghibur. Namun ketika hari demi hari berganti rasa
kehilangan itu akan semakin terasa, kesedihan akan semakin terasa, betapa berharganya
seorang bapak itu semakin aku rasakan. Bapak is a good man, rela
melakukan apapun untuk tiga perempuan yang sayang padanya (ibu, aku dan
adik). Bapak adalah laki-laki yang sabar, laki-laki yang sangat berlapang dada
atas segala kisah hidupnya. Kehilangan seorang bapak bagai cambuk untuk diriku
agar aku lebih cepat berlari, lebih bijak dalam berfikir, dan membuatku harus
melanjutkan amanah bapak sebagai anak sulung.
Meninggalnya bapak
ketika aku dalam masa mengerjakan skripsi sontak membuatku membayangkan di
wisuda nanti tak akan ada kehadiran sosok bapak. Hal yang mungkin kalian tidak
akan pernah merasakan bagaimana rasanya jika kalian tidak benar-benar berada
dalam posisiku. Percakapan langsung terakhir dengan bapak ketika aku pulang
kampung sebelum bapak pulang dalam pelukan Allah SWT adalah mengenai kuliahku,
hal yang sebelumnya jarang aku bahas dengan bapak. Namun perbincangan kala itu
benar-benar perbincangan panjang mulai malam hingga subuh dengan bapak ketika
menunggu ibuku yang sedang di rawat di rumah sakit 14 hari sebelum kepergian
bapak. Perbincangan itu sungguh perbincangan yang hangat, aku dan bapak berdua
dalam koridor rumah sakit membicarakan banyak hal salah satunya mengenai
kuliahku. Aku tak percaya jika perbincangan panjang tersebut adalah
perbincangan langsung dengan bapak yang terakhir di dunia ini.
Tak ada lagi bapak yang
senantiasa mengantar dan menjemputku ketika aku pulang kampung dari Surabaya. Tak
ada lag bapak yang sering membuatkanku nasi goreng ketika malam hari aku dan
adik lapar. Tak ada lagi bapak yang senantiasa menyalakan musik di rumah sambil
nyayi-nyanyi, tak ada lagi bapak yang memberikan hal-hal yang terbaik untuk
tiga perempuan yang sayang padanya.
Bapak.. Dita kangen.
Saturday 23 January 2016
Kekal dalam Surga Allah "Bapak"
Sebuah nada ponsel tanda pesan masuk
menyapaku di pagi buta. Sebuah perintah agar aku segera pulang ke kampung
halaman tanpa aku tahu mengapa. Kereta yang membawaku ke kampung halaman
ternyata mengantarkan aku ke sebuah rumah yang telah di penuhi banyak orang. Rumah
itu adalah rumah kedua orang tuaku. Aku melihat sebuah bendera kematian berada
di perempatan jalan sebelum rumah yang telah banyak orang tersebut. Pagi menjelang
siang itu tepatnya pukul 10.00 WIB (12 Januari 2016) mengantarkan aku ke sebuah
keranda yang tampak kulihat seseorang terbalut kain kafan. Ketika kafan
tersebut dibuka pada bagian wajah, aku melihat wajah “bapak” dalam bungkusan
kafan tersebut. Sontak tak kuasa air mataku mengalir dan seluruh tubuhku bagai
lemas tak berdaya. Bagaikan mimpi dan tak percaya dengan apa yang aku lihat. Rasanya
ingin sekali bangun dari mimpi ini. Namun apa daya ini bukanlah mimpi.
Sebuah akhir perjalanan hidup “bapak”
di dunia. “Bapak” is a good man yang
selalu mengajarkan dan mengingatkan aku tentang arti sebuah sedekah, sedekah,
dan sedekah. Sedikitpun harta yang kita miliki di dalamnya ada hak untuk orang
lain. Berjalan untuk prosesi menerobos di bawah keranda “bapak” yang sudah
di pikul membuat kakiku lemas tak kuat
untuk berdiri hingga aku harus dipapah dan digendong. Meski lemas tubuhku ini,
meski nafas ini terengah-engah tak akan ku lewatkan mengantarkan “bapak” ke tempat
peristirahatannya. Aku lanjutkan perjalanan mengantar “bapak” ke tempat
peristirahatannya hingga aku sampai pada sebuah galian makam yang ada di
sebelah ibu dari “bapak” (nenekku).
Jenasah telah dimasukkan dalam liang
kubur. Ku dengar suara adzan berkumandang, dan sontak membuat air mataku terus
mengalir. Bunga yang ku taburkan menjadi puncak kelemasan tubuhku melihat
pusara “bapak” hingga aku harus di gendong pulang.
Tanpamu “bapak”, aku tidak akan
menjadi seperti hari ini. Bapak telah membangun pondasi yang kuat, tidak ada
yang bisa mengambilnya. InsyaAllah aku dewasa dengan nilai-nilai darimu. Aku akan
berjuang untukmu “bapak” menjaga ibu dan satu adik perempuanku. Tak akan kami
biarkan kami terjatuh dalam angkuh kami hingga jauhkan hati tiada menyapamu
dalam doa-doa kami. Dari kami tiga perempuan yang sayang kepadamu. insyaAllah
surga untukmu. Semoga bahagia dalam kekal “bapak”.
Aamiin.. Aamiin Ya Robbal
Alamiin.
Saturday 9 January 2016
Hanya Sunyi
“Hanya sunyi, yang
sanggup mengajarkan kita untuk tak mendua.” – Emha Ainun Nadjib
Sunyi..
Hening tiada ku dengar
kehidupan manusia..
Mereka pergi tertidur
untuk sementara..
Di sudut bagsal tetiba
aku merenung tentang apa yang selama ini aku lalui sebagai manusia..
Banyak hal yang telah
ku lalui sebagai manusia..
Namun di tengah malam
dan hening ini aku berfikir kehidupan yang selama ini aku lalui begitu nikmat berkat
yang telah diberikanNYA..
Apalah aku ini ketika dalam kehidupanku masih saja
berharap kepada seseorang yang tidak tahu bagaimana kesetiaannya.. padahal
DIA-lah yang hakiki dan tempat satu-satunya bergantung..
Satu-satunya tempat
bersandar..
Satu-satunya tempat
mencurahkan doa..
Satu-satunya yang Maha
Pengasih dan tak bisa diduakan..
Aku rasa ... tetesan
air mata dapat membuatku lega
Dan benar “Hanya sunyi,
yang sanggup mengajarkan kita untuk tak mendua.” – Emha Ainun Nadjib
Subscribe to:
Posts (Atom)