Lihatlah sekitarmu, dengan begitu kau akan dapat ilmu. Ilmu kehidupan untuk dirimu, yang akan kau lalui bersama waktu

Saturday 9 April 2016

Sebuah Kematian

Berpisah karena sebuah "kematian"

.
Tak peduli bagaimana dan sebesar apapun aku merindukannya
Dia tidak akan kembali ke dunia ini.
.
Mungkin kau akan bosan membaca segala ungkapan hatiku karena merindukannya
Ketahuilah kehilangan figurnya tak semudah ketika mengatakan sabar, tabah, ini kali pertama aku merasakan perasaan yang begitu berkecamuk di dalam dada
.
Tidakkah kau tahu apa yang menyakitkan dari berpisah karena sebuah "kematian" ?
.
Jika merindu & berpisah karena jarak antar kota, antar provinsi, antar negara, atau belahan bumi utara maupun selatan masih akan ada harapan untuk bertemu kembali. Namun ketika rindu menjadi candu karena berpisah dengan jarak dunia yang berbeda, rindu itu hanya sampai pada untaian doa.
.
Engkau telah denganNya..
Dan aku hanya bisa mendoakan kebaikanmu agar tenang bersamaNya..
Semoga kita bertemu di alam berikutnya..
Aamiin...

Tuesday 23 February 2016

Masih tentang Bapak




Sudah lebih dari empat puluh hari bapak meninggalkan kami. Rumah semakin terasa sepi tanpa kehadiran bapak. Aku yang sudah berada di rumah semenjak meninggalnya bapak merasakan kesedihan ibu yang hingga kini masih belum bisa reda dari air mata yang sering menetes atas kepergian bapak. Akupun juga merasakan kesedihan yang aku tutupi di depan ibu dan adikku. Hanya melalui doa kepada Allah SWT dan tulisan inilah aku mengungkapkan kesedihanku. Aku tak tega jika ibu dan adikku melihat air mataku mengalir karena sedih atas ujian yang Allah berikan kepada kami. Namun apalah daya, aku sebagai anak sulung ingin melihat ibu dan adikku kembali tersenyum kembali. Aku ingin mereka bersemangat menjalani kehidupan ini, aku ingin mereka tak berlarut-larut dalam kesedihan ini. Aku tak ingin kesedihanku menambah kesedihan mereka.
Bapak...
Dita kangen bapak...
Mampukah dita melindungi ibu dan adik seperti bapak melindungi kami?

Bapak....
Harus bagaimana dita menjawab pertanyaan ibu yang seringkali menanyakan bagaimana kehidupan bapak sekarang ? sedang dita tak tau pasti bagaimana kehidupan di alam barzah sana..

Bapak...
Harus bagaimana lagi dita menenangkan ibu ketika ibu menangis karena ingat bapak ? sedang dita sendiri harus menahan air mata yang sebenarnya ingin terus mengalir jika ingat bapak.

Bapak...
Dita sangat rindu bapak...

Bapak...
Ternyata berbesar hati itu tidaklah mudah...
Dita sudah berusaha untuk tegar kuat atas ujian yang Allah berikan ini..
Tapi tak dapat dipungkiri ini adalah ujian yang tak pernah dita bayangkan sebelumnya..

Bapak... maafkan dita jika sampai saat ini dita masih belum sepenuhnya ikhlas atas kepergian bapak. Dita akan berusaha semampu dita agar keikhlasan itu terus ada dalam hati karena Bapak bukanlah milik dita melainkan milik Allah SWT.

Bapak...
Kasih sayang bapak kepada kami sangatlah berharga..
Dita bangga menjadi anak bapak..
Dita bangga punya bapak yang sangat berlapang dada dalam menjalani dan melalui ujian kehidupan yang ada dalam keluarga kita...
Maafkan dita belum banyak membahagiakan bapak di dunia..
Tapi dita janji, alunan doa untuk bapak tak akan berhenti dari doa-doa dita untuk bapak..

I love you bapak...

Tuesday 2 February 2016

Kehilangan Figur Seorang Bapak



Meninggalnya bapak di usia 45 tahun saat beliau sedang tidur mengingatkan aku bahwa kita tidak akan tahu kapan sebuah kematian itu akan datang. Meninggalnya bapak mengajarkan aku bahwa segala sesuatu adalah milik Allah SWT. Apapun yang ada di sekitarku, Bapak, Ibu, Adik, Saudara dan semua orang yang aku kenal dan semua barang sekecil apapun yang aku miliki adalah milik Allah SWT. DIA lah yang berhak atas semuanya. Jangan pernah merasa memiliki atas apapun di dunia ini, karena segala sesuatu adalah milikNYA.
Ketika kita merasa memiliki atas sesuatu yang ada di dunia ini, maka percayalah ketika hal itu hilang dalam hidup kita, kita akan merasa kehilangan, sedih, bak seorang yang tak punya lapang dada jika kita tak segera menyadari bahwa hal yang hilang itu bukan milik kita dan bukan rezeki kita.

Dulu ketika beberapa temanku kehilangan ayahnya, kehilangan bapaknya, kehilangan ibunya, kehilangan sanak saudaranya karena meninggal dunia, dengan mudah aku mengatakan sabar, yang tabah,  dan segala panjat doa ku haturkan. Namun kini aku telah merasakan di posisi mereka. Berada dalam posisi kehilangan sosok figur bapak tak semudah ketika aku mengatakan sabar , tak semudah ketika aku mengatakan tabah, tak semudah aku menghibur teman yang sedang kehilangan figur seorang bapak. Berada dalam posisi kehilangan figur seorang bapak membuatku merasa kehidupan ini seperti terhenti, tak ada udara, bagai tak akan ada lagi air sungai mengalir. Perasaan yang ada dalam diriku bak bercampur kesedihan dan sangat kehilangan. Tak pandai aku ungkapkan dalam tulisan perasaan yang bercampur-campur ini, namun ketahuilah kehilangan figur seorang bapak tidak semudah ketika kau mencoba menghibur orang lain yang kehilangan seorang bapak.

Hari pertama tanpa figur seorang bapak aku merasa kehilangan, tangis air mata yang ada bisa ku katakan belum sepenuhnya mengalir, karena masih banyak orang yang berada di sekelilingku untuk mencoba menghibur. Namun ketika hari demi hari berganti rasa kehilangan itu akan semakin terasa, kesedihan akan semakin terasa, betapa berharganya seorang bapak itu semakin aku rasakan. Bapak is a good man, rela  melakukan apapun untuk tiga perempuan yang sayang padanya (ibu, aku dan adik). Bapak adalah laki-laki yang sabar, laki-laki yang sangat berlapang dada atas segala kisah hidupnya. Kehilangan seorang bapak bagai cambuk untuk diriku agar aku lebih cepat berlari, lebih bijak dalam berfikir, dan membuatku harus melanjutkan amanah bapak sebagai anak sulung.

Meninggalnya bapak ketika aku dalam masa mengerjakan skripsi sontak membuatku membayangkan di wisuda nanti tak akan ada kehadiran sosok bapak. Hal yang mungkin kalian tidak akan pernah merasakan bagaimana rasanya jika kalian tidak benar-benar berada dalam posisiku. Percakapan langsung terakhir dengan bapak ketika aku pulang kampung sebelum bapak pulang dalam pelukan Allah SWT adalah mengenai kuliahku, hal yang sebelumnya jarang aku bahas dengan bapak. Namun perbincangan kala itu benar-benar perbincangan panjang mulai malam hingga subuh dengan bapak ketika menunggu ibuku yang sedang di rawat di rumah sakit 14 hari sebelum kepergian bapak. Perbincangan itu sungguh perbincangan yang hangat, aku dan bapak berdua dalam koridor rumah sakit membicarakan banyak hal salah satunya mengenai kuliahku. Aku tak percaya jika perbincangan panjang tersebut adalah perbincangan langsung dengan bapak yang terakhir di dunia ini. 

Tak ada lagi bapak yang senantiasa mengantar dan menjemputku ketika aku pulang kampung dari Surabaya. Tak ada lag bapak yang sering membuatkanku nasi goreng ketika malam hari aku dan adik lapar. Tak ada lagi bapak yang senantiasa menyalakan musik di rumah sambil nyayi-nyanyi, tak ada lagi bapak yang memberikan hal-hal yang terbaik untuk tiga perempuan yang sayang padanya.

Bapak.. Dita kangen.

Saturday 23 January 2016

Kekal dalam Surga Allah "Bapak"


Sebuah nada ponsel tanda pesan masuk menyapaku di pagi buta. Sebuah perintah agar aku segera pulang ke kampung halaman tanpa aku tahu mengapa. Kereta yang membawaku ke kampung halaman ternyata mengantarkan aku ke sebuah rumah yang telah di penuhi banyak orang. Rumah itu adalah rumah kedua orang tuaku. Aku melihat sebuah bendera kematian berada di perempatan jalan sebelum rumah yang telah banyak orang tersebut. Pagi menjelang siang itu tepatnya pukul 10.00 WIB (12 Januari 2016) mengantarkan aku ke sebuah keranda yang tampak kulihat seseorang terbalut kain kafan. Ketika kafan tersebut dibuka pada bagian wajah, aku melihat wajah “bapak” dalam bungkusan kafan tersebut. Sontak tak kuasa air mataku mengalir dan seluruh tubuhku bagai lemas tak berdaya. Bagaikan mimpi dan tak percaya dengan apa yang aku lihat. Rasanya ingin sekali bangun dari mimpi ini. Namun apa daya ini bukanlah mimpi.

Sebuah akhir perjalanan hidup “bapak” di dunia. “Bapak” is a good man yang selalu mengajarkan dan mengingatkan aku tentang arti sebuah sedekah, sedekah, dan sedekah. Sedikitpun harta yang kita miliki di dalamnya ada hak untuk orang lain. Berjalan untuk prosesi menerobos di bawah keranda “bapak” yang sudah di  pikul membuat kakiku lemas tak kuat untuk berdiri hingga aku harus dipapah dan digendong. Meski lemas tubuhku ini, meski nafas ini terengah-engah tak akan ku lewatkan mengantarkan “bapak” ke tempat peristirahatannya. Aku lanjutkan perjalanan mengantar “bapak” ke tempat peristirahatannya hingga aku sampai pada sebuah galian makam yang ada di sebelah ibu dari “bapak” (nenekku).

Jenasah telah dimasukkan dalam liang kubur. Ku dengar suara adzan berkumandang, dan sontak membuat air mataku terus mengalir. Bunga yang ku taburkan menjadi puncak kelemasan tubuhku melihat pusara “bapak” hingga aku harus di gendong pulang.

Tanpamu “bapak”, aku tidak akan menjadi seperti hari ini. Bapak telah membangun pondasi yang kuat, tidak ada yang bisa mengambilnya. InsyaAllah aku dewasa dengan nilai-nilai darimu. Aku akan berjuang untukmu “bapak” menjaga ibu dan satu adik perempuanku. Tak akan kami biarkan kami terjatuh dalam angkuh kami hingga jauhkan hati tiada menyapamu dalam doa-doa kami. Dari kami tiga perempuan yang sayang kepadamu. insyaAllah surga untukmu. Semoga bahagia dalam kekal “bapak”. 

Aamiin.. Aamiin Ya Robbal Alamiin.

Saturday 9 January 2016

Hanya Sunyi



“Hanya sunyi, yang sanggup mengajarkan kita untuk tak mendua.”  – Emha Ainun Nadjib

Sunyi..
Hening tiada ku dengar kehidupan manusia..
Mereka pergi tertidur untuk sementara..
Di sudut bagsal tetiba aku merenung tentang apa yang selama ini aku lalui sebagai manusia..
Banyak hal yang telah ku lalui sebagai manusia..
Namun di tengah malam dan hening ini aku berfikir kehidupan yang selama ini aku lalui begitu nikmat berkat yang telah diberikanNYA..
Apalah  aku ini ketika dalam kehidupanku masih saja berharap kepada seseorang yang tidak tahu bagaimana kesetiaannya.. padahal DIA-lah yang hakiki dan tempat satu-satunya bergantung..
Satu-satunya tempat bersandar..
Satu-satunya tempat mencurahkan doa..
Satu-satunya yang Maha Pengasih dan tak bisa diduakan..
Aku rasa ... tetesan air mata dapat membuatku lega

Dan benar “Hanya sunyi, yang sanggup mengajarkan kita untuk tak mendua.”  – Emha Ainun Nadjib