Sebuah nada ponsel tanda pesan masuk
menyapaku di pagi buta. Sebuah perintah agar aku segera pulang ke kampung
halaman tanpa aku tahu mengapa. Kereta yang membawaku ke kampung halaman
ternyata mengantarkan aku ke sebuah rumah yang telah di penuhi banyak orang. Rumah
itu adalah rumah kedua orang tuaku. Aku melihat sebuah bendera kematian berada
di perempatan jalan sebelum rumah yang telah banyak orang tersebut. Pagi menjelang
siang itu tepatnya pukul 10.00 WIB (12 Januari 2016) mengantarkan aku ke sebuah
keranda yang tampak kulihat seseorang terbalut kain kafan. Ketika kafan
tersebut dibuka pada bagian wajah, aku melihat wajah “bapak” dalam bungkusan
kafan tersebut. Sontak tak kuasa air mataku mengalir dan seluruh tubuhku bagai
lemas tak berdaya. Bagaikan mimpi dan tak percaya dengan apa yang aku lihat. Rasanya
ingin sekali bangun dari mimpi ini. Namun apa daya ini bukanlah mimpi.
Sebuah akhir perjalanan hidup “bapak”
di dunia. “Bapak” is a good man yang
selalu mengajarkan dan mengingatkan aku tentang arti sebuah sedekah, sedekah,
dan sedekah. Sedikitpun harta yang kita miliki di dalamnya ada hak untuk orang
lain. Berjalan untuk prosesi menerobos di bawah keranda “bapak” yang sudah
di pikul membuat kakiku lemas tak kuat
untuk berdiri hingga aku harus dipapah dan digendong. Meski lemas tubuhku ini,
meski nafas ini terengah-engah tak akan ku lewatkan mengantarkan “bapak” ke tempat
peristirahatannya. Aku lanjutkan perjalanan mengantar “bapak” ke tempat
peristirahatannya hingga aku sampai pada sebuah galian makam yang ada di
sebelah ibu dari “bapak” (nenekku).
Jenasah telah dimasukkan dalam liang
kubur. Ku dengar suara adzan berkumandang, dan sontak membuat air mataku terus
mengalir. Bunga yang ku taburkan menjadi puncak kelemasan tubuhku melihat
pusara “bapak” hingga aku harus di gendong pulang.
Tanpamu “bapak”, aku tidak akan
menjadi seperti hari ini. Bapak telah membangun pondasi yang kuat, tidak ada
yang bisa mengambilnya. InsyaAllah aku dewasa dengan nilai-nilai darimu. Aku akan
berjuang untukmu “bapak” menjaga ibu dan satu adik perempuanku. Tak akan kami
biarkan kami terjatuh dalam angkuh kami hingga jauhkan hati tiada menyapamu
dalam doa-doa kami. Dari kami tiga perempuan yang sayang kepadamu. insyaAllah
surga untukmu. Semoga bahagia dalam kekal “bapak”.
Aamiin.. Aamiin Ya Robbal
Alamiin.