Lihatlah sekitarmu, dengan begitu kau akan dapat ilmu. Ilmu kehidupan untuk dirimu, yang akan kau lalui bersama waktu

Saturday 23 January 2016

Kekal dalam Surga Allah "Bapak"


Sebuah nada ponsel tanda pesan masuk menyapaku di pagi buta. Sebuah perintah agar aku segera pulang ke kampung halaman tanpa aku tahu mengapa. Kereta yang membawaku ke kampung halaman ternyata mengantarkan aku ke sebuah rumah yang telah di penuhi banyak orang. Rumah itu adalah rumah kedua orang tuaku. Aku melihat sebuah bendera kematian berada di perempatan jalan sebelum rumah yang telah banyak orang tersebut. Pagi menjelang siang itu tepatnya pukul 10.00 WIB (12 Januari 2016) mengantarkan aku ke sebuah keranda yang tampak kulihat seseorang terbalut kain kafan. Ketika kafan tersebut dibuka pada bagian wajah, aku melihat wajah “bapak” dalam bungkusan kafan tersebut. Sontak tak kuasa air mataku mengalir dan seluruh tubuhku bagai lemas tak berdaya. Bagaikan mimpi dan tak percaya dengan apa yang aku lihat. Rasanya ingin sekali bangun dari mimpi ini. Namun apa daya ini bukanlah mimpi.

Sebuah akhir perjalanan hidup “bapak” di dunia. “Bapak” is a good man yang selalu mengajarkan dan mengingatkan aku tentang arti sebuah sedekah, sedekah, dan sedekah. Sedikitpun harta yang kita miliki di dalamnya ada hak untuk orang lain. Berjalan untuk prosesi menerobos di bawah keranda “bapak” yang sudah di  pikul membuat kakiku lemas tak kuat untuk berdiri hingga aku harus dipapah dan digendong. Meski lemas tubuhku ini, meski nafas ini terengah-engah tak akan ku lewatkan mengantarkan “bapak” ke tempat peristirahatannya. Aku lanjutkan perjalanan mengantar “bapak” ke tempat peristirahatannya hingga aku sampai pada sebuah galian makam yang ada di sebelah ibu dari “bapak” (nenekku).

Jenasah telah dimasukkan dalam liang kubur. Ku dengar suara adzan berkumandang, dan sontak membuat air mataku terus mengalir. Bunga yang ku taburkan menjadi puncak kelemasan tubuhku melihat pusara “bapak” hingga aku harus di gendong pulang.

Tanpamu “bapak”, aku tidak akan menjadi seperti hari ini. Bapak telah membangun pondasi yang kuat, tidak ada yang bisa mengambilnya. InsyaAllah aku dewasa dengan nilai-nilai darimu. Aku akan berjuang untukmu “bapak” menjaga ibu dan satu adik perempuanku. Tak akan kami biarkan kami terjatuh dalam angkuh kami hingga jauhkan hati tiada menyapamu dalam doa-doa kami. Dari kami tiga perempuan yang sayang kepadamu. insyaAllah surga untukmu. Semoga bahagia dalam kekal “bapak”. 

Aamiin.. Aamiin Ya Robbal Alamiin.

Saturday 9 January 2016

Hanya Sunyi



“Hanya sunyi, yang sanggup mengajarkan kita untuk tak mendua.”  – Emha Ainun Nadjib

Sunyi..
Hening tiada ku dengar kehidupan manusia..
Mereka pergi tertidur untuk sementara..
Di sudut bagsal tetiba aku merenung tentang apa yang selama ini aku lalui sebagai manusia..
Banyak hal yang telah ku lalui sebagai manusia..
Namun di tengah malam dan hening ini aku berfikir kehidupan yang selama ini aku lalui begitu nikmat berkat yang telah diberikanNYA..
Apalah  aku ini ketika dalam kehidupanku masih saja berharap kepada seseorang yang tidak tahu bagaimana kesetiaannya.. padahal DIA-lah yang hakiki dan tempat satu-satunya bergantung..
Satu-satunya tempat bersandar..
Satu-satunya tempat mencurahkan doa..
Satu-satunya yang Maha Pengasih dan tak bisa diduakan..
Aku rasa ... tetesan air mata dapat membuatku lega

Dan benar “Hanya sunyi, yang sanggup mengajarkan kita untuk tak mendua.”  – Emha Ainun Nadjib