Lihatlah sekitarmu, dengan begitu kau akan dapat ilmu. Ilmu kehidupan untuk dirimu, yang akan kau lalui bersama waktu

Tuesday 2 February 2016

Kehilangan Figur Seorang Bapak



Meninggalnya bapak di usia 45 tahun saat beliau sedang tidur mengingatkan aku bahwa kita tidak akan tahu kapan sebuah kematian itu akan datang. Meninggalnya bapak mengajarkan aku bahwa segala sesuatu adalah milik Allah SWT. Apapun yang ada di sekitarku, Bapak, Ibu, Adik, Saudara dan semua orang yang aku kenal dan semua barang sekecil apapun yang aku miliki adalah milik Allah SWT. DIA lah yang berhak atas semuanya. Jangan pernah merasa memiliki atas apapun di dunia ini, karena segala sesuatu adalah milikNYA.
Ketika kita merasa memiliki atas sesuatu yang ada di dunia ini, maka percayalah ketika hal itu hilang dalam hidup kita, kita akan merasa kehilangan, sedih, bak seorang yang tak punya lapang dada jika kita tak segera menyadari bahwa hal yang hilang itu bukan milik kita dan bukan rezeki kita.

Dulu ketika beberapa temanku kehilangan ayahnya, kehilangan bapaknya, kehilangan ibunya, kehilangan sanak saudaranya karena meninggal dunia, dengan mudah aku mengatakan sabar, yang tabah,  dan segala panjat doa ku haturkan. Namun kini aku telah merasakan di posisi mereka. Berada dalam posisi kehilangan sosok figur bapak tak semudah ketika aku mengatakan sabar , tak semudah ketika aku mengatakan tabah, tak semudah aku menghibur teman yang sedang kehilangan figur seorang bapak. Berada dalam posisi kehilangan figur seorang bapak membuatku merasa kehidupan ini seperti terhenti, tak ada udara, bagai tak akan ada lagi air sungai mengalir. Perasaan yang ada dalam diriku bak bercampur kesedihan dan sangat kehilangan. Tak pandai aku ungkapkan dalam tulisan perasaan yang bercampur-campur ini, namun ketahuilah kehilangan figur seorang bapak tidak semudah ketika kau mencoba menghibur orang lain yang kehilangan seorang bapak.

Hari pertama tanpa figur seorang bapak aku merasa kehilangan, tangis air mata yang ada bisa ku katakan belum sepenuhnya mengalir, karena masih banyak orang yang berada di sekelilingku untuk mencoba menghibur. Namun ketika hari demi hari berganti rasa kehilangan itu akan semakin terasa, kesedihan akan semakin terasa, betapa berharganya seorang bapak itu semakin aku rasakan. Bapak is a good man, rela  melakukan apapun untuk tiga perempuan yang sayang padanya (ibu, aku dan adik). Bapak adalah laki-laki yang sabar, laki-laki yang sangat berlapang dada atas segala kisah hidupnya. Kehilangan seorang bapak bagai cambuk untuk diriku agar aku lebih cepat berlari, lebih bijak dalam berfikir, dan membuatku harus melanjutkan amanah bapak sebagai anak sulung.

Meninggalnya bapak ketika aku dalam masa mengerjakan skripsi sontak membuatku membayangkan di wisuda nanti tak akan ada kehadiran sosok bapak. Hal yang mungkin kalian tidak akan pernah merasakan bagaimana rasanya jika kalian tidak benar-benar berada dalam posisiku. Percakapan langsung terakhir dengan bapak ketika aku pulang kampung sebelum bapak pulang dalam pelukan Allah SWT adalah mengenai kuliahku, hal yang sebelumnya jarang aku bahas dengan bapak. Namun perbincangan kala itu benar-benar perbincangan panjang mulai malam hingga subuh dengan bapak ketika menunggu ibuku yang sedang di rawat di rumah sakit 14 hari sebelum kepergian bapak. Perbincangan itu sungguh perbincangan yang hangat, aku dan bapak berdua dalam koridor rumah sakit membicarakan banyak hal salah satunya mengenai kuliahku. Aku tak percaya jika perbincangan panjang tersebut adalah perbincangan langsung dengan bapak yang terakhir di dunia ini. 

Tak ada lagi bapak yang senantiasa mengantar dan menjemputku ketika aku pulang kampung dari Surabaya. Tak ada lag bapak yang sering membuatkanku nasi goreng ketika malam hari aku dan adik lapar. Tak ada lagi bapak yang senantiasa menyalakan musik di rumah sambil nyayi-nyanyi, tak ada lagi bapak yang memberikan hal-hal yang terbaik untuk tiga perempuan yang sayang padanya.

Bapak.. Dita kangen.

No comments:

Post a Comment