Masih
teringat dalam ingatanku tentang sepeda unta, sepeda yang selalu mengantarku ke
sekolah di pagi hari. Sepeda itu kau kayuh dengan tersenyum. Masih teringat
jelas senyummu ketika mengantar dan menjemputku sekolah di seberang jalan gang
menuju rumah.
Begitu
tulus ku rasakan bagaimana kau merawatku, menemaniku, mengajakku bermain di
tengah kesibukkan kedua orangtuaku. Ya, masa kecilku terlalu banyak ku habiskan
denganmu. Kau tak saja pahlawan bagi anak-anakmu, tapi kau juga pahlawan
bagiku.
Teringat
ketika suatu hari, kala itu kau tak menjemputku sekolah. Aku menangis mencarimu,
dimana seseorang yang selalu menjemputku sekolah. Ketika aku di antarkan
seorang tukang becak menuju rumah tanpa kau jemput, aku terus menangis. Hingga
selang beberapa waktu kau datang dan menenangkanku. Kau bercerita mengapa kau
tak menjemputku, sampai-sampai aku menyadari sebenarnya kau menjemputku namun
kau menungguku di pos depan sekolahku hingga tertidur dan kau tak sadari jam
waktu sekolah telah usai.
Senyummu
kala itu begitu membuatku bahagia, bahagia bisa bermain denganmu, bahagia bisa
mempunyai seseorang sepertimu, bahagia bisa dekat denganmu. Badan yang gagah
bak memang menggambarkan kau yang seorang tentara negeri ini. Dua puluh tahun
aku menjadi bagian dari hidupmu, namun aku belum bisa membuatmu bahagia. Kini aku
telah jauh darimu, sehingga aku tak bisa bertemu denganmu setiap hari.
Hari
ini aku menemuimu, kau tampak jauh dari yang dulu. Kau tampak semakin kurus
semenjak kau pulang dari tempat berbaring dan setelah lepas dari selang oksigen
di hidungmu. Kini aku di dekatmu, aku memegang tanganmu, aku melihatmu yang
semakin renta, air mata mengalir di pipiku. Betapa sedihnya aku melihat
seseorang yang senantiasa meluangkan waktunya untukku di tengah kesibukkan
orang tuaku dulu sekarang harus lemah tergulai di tempat tidur tak bisa
berjalan, tak bisa melihat dan tak bisa mendengar. Ketika ku bisikkan di
telingamu “aku pulang untuk menengokmu, bisakah kau mendengarku?” , aku semakin
sedih karena kau tak dengar ucapanku.
Ya
Allah, bagaimana aku berkomunikasi dengan salah satu orang yang aku sayangi
ini. Ijinkanlah dia merasakan indahnya alam ciptaanmu kembali, setidaknya pulihkan
penglihatannya, pulihkan lagi pendengarannya agar dia bisa melihat dan mendengarkanku.
Aku ingin ucapkan kepadanya bahwa aku sangat menyanyanginya. Aku ingin
melihat senyumnya kembali. Lalu kapan ku bisa menemui akan hal itu kembali ?
Rizky Amalia Ditasari
No comments:
Post a Comment