Lihatlah sekitarmu, dengan begitu kau akan dapat ilmu. Ilmu kehidupan untuk dirimu, yang akan kau lalui bersama waktu

Friday 10 April 2015

Renta


Masih teringat dalam ingatanku tentang sepeda unta, sepeda yang selalu mengantarku ke sekolah di pagi hari. Sepeda itu kau kayuh dengan tersenyum. Masih teringat jelas senyummu ketika mengantar dan menjemputku sekolah di seberang jalan gang menuju rumah.
Begitu tulus ku rasakan bagaimana kau merawatku, menemaniku, mengajakku bermain di tengah kesibukkan kedua orangtuaku. Ya, masa kecilku terlalu banyak ku habiskan denganmu. Kau tak saja pahlawan bagi anak-anakmu, tapi kau juga pahlawan bagiku.
Teringat ketika suatu hari, kala itu kau tak menjemputku sekolah. Aku menangis mencarimu, dimana seseorang yang selalu menjemputku sekolah. Ketika aku di antarkan seorang tukang becak menuju rumah tanpa kau jemput, aku terus menangis. Hingga selang beberapa waktu kau datang dan menenangkanku. Kau bercerita mengapa kau tak menjemputku, sampai-sampai aku menyadari sebenarnya kau menjemputku namun kau menungguku di pos depan sekolahku hingga tertidur dan kau tak sadari jam waktu sekolah telah usai.
Senyummu kala itu begitu membuatku bahagia, bahagia bisa bermain denganmu, bahagia bisa mempunyai seseorang sepertimu, bahagia bisa dekat denganmu. Badan yang gagah bak memang menggambarkan kau yang seorang tentara negeri ini. Dua puluh tahun aku menjadi bagian dari hidupmu, namun aku belum bisa membuatmu bahagia. Kini aku telah jauh darimu, sehingga aku tak bisa bertemu denganmu setiap hari.
Hari ini aku menemuimu, kau tampak jauh dari yang dulu. Kau tampak semakin kurus semenjak kau pulang dari tempat berbaring dan setelah lepas dari selang oksigen di hidungmu. Kini aku di dekatmu, aku memegang tanganmu, aku melihatmu yang semakin renta, air mata mengalir di pipiku. Betapa sedihnya aku melihat seseorang yang senantiasa meluangkan waktunya untukku di tengah kesibukkan orang tuaku dulu sekarang harus lemah tergulai di tempat tidur tak bisa berjalan, tak bisa melihat dan tak bisa mendengar. Ketika ku bisikkan di telingamu “aku pulang untuk menengokmu, bisakah kau mendengarku?” , aku semakin sedih karena kau tak dengar ucapanku.
Ya Allah, bagaimana aku berkomunikasi dengan salah satu orang yang aku sayangi ini. Ijinkanlah dia merasakan indahnya alam ciptaanmu kembali, setidaknya pulihkan penglihatannya, pulihkan lagi pendengarannya agar dia bisa melihat dan mendengarkanku. Aku ingin ucapkan kepadanya bahwa aku sangat menyanyanginya. Aku ingin melihat senyumnya kembali. Lalu kapan ku bisa menemui akan hal itu kembali ?



Rizky Amalia Ditasari

No comments:

Post a Comment